I. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Keterangan:
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Keterangan:
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
F. Huruf Kapital
G. Huruf Miring
H. Huruf Tebal
II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan
C. Bentuk Ulang
Catatan:
D. Gabungan Kata
E. Suku Kata
F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
G. Partikel
H. Singkatan dan Akronim
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku
K. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
Siti mematuhi nasihat sang kakak.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.
III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
B. Tanda Koma (,)
C. Tanda Titik Koma (;)
D. Tanda Titik Dua (:)
E. Tanda Hubung (-)
F. Tanda Pisah (–)
G. Tanda Tanya (?)
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
J. Tanda Petik (" ")
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
L. Tanda Kurung (( ))
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
N. Tanda Garis Miring (/)
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
a (ain Arab dengan a) menjadi 'a
' (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k
aa (Belanda) menjadi a
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
ai tetap ai
au tetap au
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
cc di muka e dan i menjadi ks
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
ch yang lafalnya c menjadi c
ck menjadi k
ç (Sanskerta) menjadi s
d (Arab) menjadi d
e tetap e
ea tetap ea
ee (Belanda) menjadi e
ei tetap ei
eo tetap eo
eu tetap eu
f (Arab) menjadi f
f tetap f
gh menjadi g
gue menjadi ge
h (Arab) menjadi h
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
kh (Arab) tetap kh
ng tetap ng
oe (oi Yunani) menjadi e
oo (Belanda) menjadi o
oo (Inggris) menjadi u
oo (vokal ganda) tetap oo
ou menjadi u jika lafalnya u
ph menjadi f
ps tetap ps
pt tetap pt
q menjadi k
q (Arab) menjadi k
rh menjadi r
s (Arab) menjadi s
s (Arab) menjadi s
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
sc di muka e, i, dan y menjadi s
sch di muka vokal menjadi sk
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
t (Arab) menjadi t
th menjadi t
u tetap u
ua tetap ua
ue tetap ue
ui tetap ui
uo tetap uo
uu menjadi u
v tetap v
w (Arab) tetap w
x pada awal kata tetap x
x pada posisi lain menjadi ks
xc di muka e dan i menjadi ks
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
y tetap y jika lafalnya y
y menjadi i jika lafalnya i
z tetap z
z (Arab) menjadi z
Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
Tetapi:
Catatan:
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf | Nama | |
Kapital | Kecil | |
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z | a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z | a be ce de e ef ge ha i je ka el em en o pe ki er es te u ve we eks ye zet |
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Posisi Awal | Posisi Tengah | Posisi Akhir | |
a e*i o u | api enak emas itu oleh ulang | padi petak kena simpan kota bumi | lusa sore tipe murni radio ibu |
Keterangan:
* | Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (ËŠ) dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan. |
Misalnya: | |
Anak-anak bermain di teras (téras). | |
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia. | |
Kami menonton film seri (séri). | |
Pertandingan itu berakhir seri. | |
Di mana kécap itu dibuat? | |
Coba kecap dulu makanan itu. |
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Posisi Awal | Posisi Tengah | Posisi Akhir | |
b c d f g h j kl m n p q** r s t v w x** y z | bahasa cakap dua fakir guna hari jalan kami - lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xerox yakin zeni | sebut kaca ada kafan tiga saham manja paksa rakyat*alas kami tanah apa status quo bara asli mata lava hawa - payung lazim | adab - Abad maaf gudeg tuah mikraj politik bapak* akal diam daun siap Taufiq putar tangkas rapat - - sinar-x - juz |
Keterangan:
* | Huruf k melambangkan bunyi hamzah. |
** | Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x). |
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Posisi Awal | Posisi Tengah | Posisi Akhir | |
ai au oi | ain aula - | malaikat saudara boikot | pandai harimau amboi |
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan Huruf Konsonan | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Posisi Awal | Posisi Tengah | Posisi Akhir | |
kh ng ny sy | khusus ngilu nyata syarat | akhir bangun banyak isyarat | tarikh senang - arasy |
Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
F. Huruf Kapital
1. | Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. | ||||||||||||||
Misalnya: Dia membaca buku. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam. | |||||||||||||||
2. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. | ||||||||||||||
Misalnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!" "Kemarin engkau terlambat," katanya. "Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat." | |||||||||||||||
3. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. | ||||||||||||||
Misalnya:
|
| |||
4. | a. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. | |
Misalnya: Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim | |||
b. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. | ||
Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Pada tahun ini dia pergi naik haji. Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai. | |||
5. | a. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. | |
Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Jawa Tengah | |||
b. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. | ||
Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. Sidang itu dipimpin Presiden. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen. | |||
c. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu. | ||
Misalnya: Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu? Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal. Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal. | |||
6. | a. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang. | |
Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Ampere | |||
Catatan: |
(1) | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). | |
Misalnya: J.J de Hollander J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama | ||
(2) | Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. | |
Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini Ibrahim bin Adham Siti Fatimah binti Salim Zaitun binti Zainal |
b. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. | |||||||||
Misalnya:
| ||||||||||
c. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. | |||||||||
Misalnya: mesin diesel 10 volt 5 ampere | ||||||||||
7. | a. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. | ||||||||
Misalnya: bangsa Eskimo suku Sunda bahasa Indonesia | ||||||||||
b. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. | |||||||||
Misalnya: pengindonesiaan kata asing keinggris-inggrisan kejawa-jawaan | ||||||||||
8. | a. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. | ||||||||
Misalnya:
| ||||||||||
b. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah. |
Misalnya: Perang Candu Perang Dunia I Proklamasi Kemerdekaan Indonesia | ||||||||||||||||
c. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. | |||||||||||||||
Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. | ||||||||||||||||
9. | a. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi. | ||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||
b. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. | |||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||
c. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. | |||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||
d. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. | |||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||
e. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. | |||||||||||||||
Misalnya: nangka belanda kunci inggris petai cina pisang ambon | ||||||||||||||||
10. | a. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. | ||||||||||||||
Misalnya: |
Republik Indonesia Departemen Keuangan Majelis Permusyawaratan Rakyat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak | ||||||||||||||||||||||
b. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. | |||||||||||||||||||||
Misalnya: beberapa badan hukum kerja sama antara pemerintah dan rakyat menjadi sebuah republik menurut undang-undang yang berlaku | ||||||||||||||||||||||
Catatan: Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital. | ||||||||||||||||||||||
Misalnya: Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah. Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu. Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur. | ||||||||||||||||||||||
11. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. | |||||||||||||||||||||
Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Rancangan Undang-Undang Kepegawaian Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan | ||||||||||||||||||||||
12. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. | |||||||||||||||||||||
Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata". | ||||||||||||||||||||||
13. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. | |||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
| ||||||
Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993. | ||||||
14. | a. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. | ||||
Misalnya: Adik bertanya, "Itu apa, Bu?" Besok Paman akan datang. Surat Saudara sudah saya terima. "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto. "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu. | ||||||
b. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. | |||||
Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta. | ||||||
15. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. | |||||
Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Siapa nama Anda? Surat Anda telah kami terima dengan baik. | ||||||
16. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada I B, I C, I E, dan II F15). |
G. Huruf Miring
1. | Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. |
Misalnya: Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca. Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa. Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka. | |
Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik. | |
2. | Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. |
Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a. Dia bukan menipu, melainkan ditipu. Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital. |
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan. | ||
3. | a. | Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. |
Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'. | ||
b. | Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. | |
Misalnya: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta. Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus. | ||
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi. |
H. Huruf Tebal
1. | Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris. Saya tidak mengambil bukumu. Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seharusnya ditulis dengan huruf miring: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris. Saya tidak mengambil bukumu. Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. | Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai mengalah v mengaku kalah |
mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ... terkalahkan v dapat dikalahkan ... | |
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda. |
II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan
1. | a. | Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. |
Misalnya: berjalan dipermainkan gemetar kemauan lukisan menengok petani | ||
b. | Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. | |
Misalnya: mem-PHK-kan di-PTUN-kan di-upgrade me-recall | ||
2. | Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.) | |
Misalnya: bertepuk tangan garis bawahi menganak sungai sebar luaskan | ||
3. | Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.) | |
Misalnya: dilipatgandakan menggarisbawahi menyebarluaskan penghancurleburan pertanggungjawaban | ||
4. | Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu |
ditulis serangkai. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
C. Bentuk Ulang
1. | Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. |
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
| ||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. | |||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: kekanak-kanakan perundang-undangan melambai-lambaikan dibesar-besarkan memata-matai | ||||||||||||||||||||||||||||||
(Lihat keinggris-inggrisan Bab I, Huruf F, Butir 7.) |
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. |
Misalnya: Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru. Kami mengundang orang2 yang berminat saja. Mereka me-lihat2 pameran. Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta. Bajunya ke-merah2-an |
D. Gabungan Kata
1. | Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. | ||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||
2. | Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang |
bersangkutan. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. | Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
E. Suku Kata
1. | Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. | |
a. | Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. | |
Misalnya: bu-ah ma-in ni-at sa-at | ||
b. | Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. | |
Misalnya: pan-dai au-la sau-da-ra am-boi | ||
c. | Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. | |
Misalnya: ba-pak la-wan de-ngan ke-nyang mu-ta-khir mu-sya-wa-rah | ||
d. | Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. |
Misalnya: Ap-ril cap-lok makh-luk man-di sang-gup som-bong swas-ta | ||||||||||||||||
e. | Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. | |||||||||||||||
Misalnya: ul-tra in-fra ben-trok in-stru-men | ||||||||||||||||
Catatan:
| ||||||||||||||||
2. | Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu. | |||||||||||||||
Misalnya: ber-jalan mem-bantu di-ambil ter-bawa per-buat makan-an letak-kan me-rasa-kan pergi-lah apa-kah per-buat-an ke-kuat-an | ||||||||||||||||
Catatan:
|
| ||||||||||||||||||||||
3. | Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.) | |||||||||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||||
4. | Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan. |
F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
G. Partikel
1. | Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. |
Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik! Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati? | |
2. | Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. |
Misalnya: Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana. Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu. | |
Catatan: Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. | |
Misalnya: Adapun sebab sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya. Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan. Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri. | |
3. | Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. |
Misalnya: Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu. Harga kain itu Rp50.000,00 per helai. |
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari. | |
Catatan: Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I, Butir 7.) |
H. Singkatan dan Akronim
1. | Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih. | ||||||||||||||||||||||||||||||
a. | Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. | ||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||||||||||||||||||||||
b. | Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. | ||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||||||||||||||||||||||
c. | 1) | Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. | |||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||||||||||||||||||||||
2) | Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik. | ||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: |
| |||||||||||||||||
Catatan: Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah. | |||||||||||||||||
d. | Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. | ||||||||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||||||||
e. | Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. | ||||||||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||||||||
2. | Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. | ||||||||||||||||
a. | Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. | ||||||||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||||||||
b. | Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital. | ||||||||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||||||||
c. | Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. | ||||||||||||||||
Misalnya:
|
| ||||||||||
Catatan: Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
|
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab | : | 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 |
Angka Romawi | : | I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000) |
1. | Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan. |
Misalnya: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku. Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan. | |
2. | Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat. |
Misalnya: Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Panitia mengundang 250 orang peserta. | |
Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu. | |
3. | Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. |
Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah. Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun. | |
4. | Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. |
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||
Catatan:
| ||||||||||||||||||||
5. | Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. | |||||||||||||||||||
Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5 Hotel Mahameru, Kamar 169 | ||||||||||||||||||||
6. | Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. | |||||||||||||||||||
Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9 Markus 2: 3 | ||||||||||||||||||||
7. | Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. | |||||||||||||||||||
a. | Bilangan utuh | |||||||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||
b. | Bilangan pecahan | |||||||||||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||||||||||
Catatan:
|
Misalnya:
| ||||||||||||
8. | Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. | |||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||
9. | Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5). | |||||||||||
Misalnya:
| ||||||||||||
10. | Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). | |||||||||||
Misalnya: Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00. | ||||||||||||
11. | Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. | |||||||||||
Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen). Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban. Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar). | ||||||||||||
Catatan:
|
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku
K. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
Siti mematuhi nasihat sang kakak.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.
III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. | Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. Dia mengatakan, "kaki saya sakit." | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. | Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
|
| |||||||||||||
4. | Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. | ||||||||||||
Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) | |||||||||||||
5. | Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. | ||||||||||||
Misalnya: Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. | |||||||||||||
Catatan: Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan. | |||||||||||||
6. | Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. | ||||||||||||
Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang. | |||||||||||||
Catatan:
|
| |||||||||
7. | Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.) |
B. Tanda Koma (,)
1. | Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. |
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko. Satu, dua, ... tiga! | |
2. | Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. |
Misalnya: Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya. Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya. Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota. | |
3. | Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. |
Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang. Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku. | |
Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya akan datang kalau ada undangan. Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak. Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas. | |
4. | Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. |
Misalnya: |
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun. | |
Catatan: Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf. | |
5. | Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. |
Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati hati, ya, jalannya licin. Mas, kapan pulang? Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu. | |
6. | Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.) |
Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian." | |
7. | Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. |
Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru. "Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya. | |
8. | Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. |
Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang. | |
9. | Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. |
Misalnya: Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama |
10. | Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. |
Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25. Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12. Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4. | |
11. | Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. |
Misalnya: B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, S.H. Siti Aminah, S.E., M.M. | |
Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung). | |
12. | Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. |
Misalnya: 12,5 m 27,3 kg Rp500,50 Rp750,00 | |
Catatan: Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen. | |
13. | Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.) |
Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara. | |
Catatan: Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma. Misalnya: Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah. | |
14. | Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. |
Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini. Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih. | |
Bandingkan dengan: Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam |
pengembangan kosakata. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara. |
C. Tanda Titik Koma (;)
1. | Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara. | ||||||||
Misalnya: Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya. Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku. | |||||||||
2. | Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. | ||||||||
Misalnya: Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
| |||||||||
3. | Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. | ||||||||
Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk. Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi. |
D. Tanda Titik Dua (:)
1. | Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. | ||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati. | |||||||||||||||||||||||||||||
Catatan: Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan. | |||||||||||||||||||||||||||||
2. | Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. | ||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
3. | Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. | |||||||||
Misalnya:
| ||||||||||
4. | Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. | |||||||||
Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Surah Yasin: 9 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa |
E. Tanda Hubung (-)
1. | Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. |
Misalnya: Di samping cara lama diterapkan juga ca- ra baru .... Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga- ding yang takretak. | |
2. | Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. |
Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita me- ngukur kelapa. Senjata ini merupakan sarana pertahan- an yang canggih. | |
3. | Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. |
Misalnya: anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan | |
4. | Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. |
Misalnya: 8-4-2008 p-a-n-i-t-i-a | |
5. | Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. |
Misalnya: |
ber-evolusi dua-puluh ribuan (20 x 1.000) tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial) Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok. | |||||||||||||
Bandingkan dengan: be-revolusi dua-puluh-ribuan (1 x 20.000) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial | |||||||||||||
6. | Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
| ||||||||||||
Misalnya: se-Indonesia peringkat ke-2 tahun 1950-an hari-H sinar-X mem-PHK-kan ciptaan-Nya atas rahmat-Mu Bandara Sukarno-Hatta alat pandang-dengar | |||||||||||||
7. | Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. | ||||||||||||
Misalnya: di-smash di-mark-up pen-tackle-an |
F. Tanda Pisah (–)
1. | Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. |
Misalnya: Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan. Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras. | |
2. | Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. |
Misalnya: Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan. | |
3. | Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. |
Misalnya: Tahun 1928–2008 Tanggal 5–10 April 2008 Jakarta–Bandung | |||||||
Catatan:
|
G. Tanda Tanya (?)
1. | Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. |
Misalnya: Kapan dia berangkat? Saudara tahu, bukan? | |
2. | Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. |
Misalnya: Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. |
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. | Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. | ||||
Misalnya: Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan. Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan. | |||||
2. | Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. | ||||
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas. | |||||
Catatan:
|
|
J. Tanda Petik (" ")
1. | Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. | |||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. " Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. " "Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!" | ||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. | |||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu. Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani. Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. "Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar. | ||||||||||||||||||||||||||||||
3. | Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. | |||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai". | ||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1. | Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain. | ||||||||
Misalnya: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?" "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan. | |||||||||
2. | Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan. | ||||||||
Misalnya:
| |||||||||
3. | Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M) | ||||||||
Misalnya:
|
L. Tanda Kurung (( ))
1. | Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. |
Misalnya: Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk). Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi). | |
Catatan: Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya. | |
Misalnya: Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan. | |
2. | Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. |
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri. | |
3. | Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. |
Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a). Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya. | |
4. | Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. |
Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja. |
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan. | |||||||||||||
Catatan: Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah. | |||||||||||||
Misalnya: Kemarin kakak saya membeli
Dia senang dengan mata pelajaran
|
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1. | Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. |
Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. Ia memberikan uang [kepada] anaknya. Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa. | |
2. | Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. |
Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini. |
N. Tanda Garis Miring (/)
1. | Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. | ||||||
Misalnya: No. 7/PK/2008 Jalan Kramat III/10 tahun ajaran 2008/2009 | |||||||
2. | Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun. | ||||||
Misalnya:
| |||||||
Catatan: Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah. |
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati. | ('kan = bukan) |
Malam 'lah tiba. | ('lah = telah) |
1 Januari '08 | ('08 = 1988) |
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
a (ain Arab dengan a) menjadi 'a
'asr | asar |
sa'ah | saat |
manfa'ah | manfaat |
' (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k
ra'yah | rakyat |
ma'na | makna |
ruku' | rukuk |
aa (Belanda) menjadi a
paal | pal |
baal | bal |
octaaf | oktaf |
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe | aerob |
aerodinamics | aerodinamika |
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin | hemoglobin |
haematite | hematit |
ai tetap ai
trailer | trailer |
caisson | kaison |
au tetap au
audiogram | audiogram |
autotroph | autotrof |
tautomer | tautomer |
hydraulic | hidraulik |
caustic | kaustik |
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel | kalomel |
construction | konstruksi |
cubic | kubik |
coup | kup |
classification | klasifikasi |
crystal | kristal |
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central | sentral |
cent | sen |
cybernetics | sibernetika |
circulation | sirkulasi |
cylinder | silinder |
coelom | selom |
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation | akomodasi |
acculturation | akulturasi |
acclimatization | aklimatisasi |
accumulation | akumulasi |
acclamation | aklamasi |
cc di muka e dan i menjadi ks
accent | aksen |
accessory | aksesori |
vaccine | vaksin |
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin | sakarin |
charisma | karisma |
cholera | kolera |
chromosome | kromosom |
technique | teknik |
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon | eselon |
machine | mesin |
ch yang lafalnya c menjadi c
chip | cip |
voucher | vocer |
China | Cina |
ck menjadi k
check | cek |
ticket | tiket |
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda | sabda |
çastra | sastra |
d (Arab) menjadi d
darurat | darurat |
fardu | fardu |
hadir | hadir |
e tetap e
effect | efek |
description | deskripsi |
synthesis | sintesis |
ea tetap ea
idealist | idealis |
habeas | habeas |
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer | stratosfer |
systeem | sistem |
ei tetap ei
eicosane | eikosan |
eidetic | eidetik |
einsteinium | einsteinium |
eo tetap eo
stereo | stereo |
geometry | geometri |
zeolite | zeolit |
eu tetap eu
neutron | neutron |
eugenol | eugenol |
europium | europium |
f (Arab) menjadi f
faqīr | fakir |
mafhum | mafhum |
saf | saf |
f tetap f
fanatic | fanatik |
factor | faktor |
fossil | fosil |
gh menjadi g
sorghum | sorgum |
gue menjadi ge
igue | ige |
gigue | gige |
h (Arab) menjadi h
hakim | hakim |
tahmid | tahmid |
ruh | roh |
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i
iambus | iambus |
ion | ion |
iota | iota |
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek | politik |
riem | rim |
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety | varietas |
patient | pasien |
efficient | efisien |
kh (Arab) tetap kh
khusus | khusus |
akhir | akhir |
ng tetap ng
contingent | kontingen |
congres | kongres |
linguistics | linguistik |
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen | estrogen |
oenology | enologi |
foetus | fetus |
oo (Belanda) menjadi o
komfoor | kompor |
provoost | provos |
oo (Inggris) menjadi u
cartoon | kartun |
proof | pruf |
pool | pul |
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology | zoologi |
coordination | koordinasi |
ou menjadi u jika lafalnya u
gouverneur | gubernur |
coupon | kupon |
contour | kontur |
ph menjadi f
phase | fase |
physiology | fisiologi |
spectograph | spektograf |
ps tetap ps
pseudo | pseudo |
psychiatry | psikiatri |
psychic | psikis |
psychosomatic | psikosomatik |
pt tetap pt
pterosaur | pterosaur |
pteridology | pteridologi |
ptyalin | ptialin |
q menjadi k
aquarium | akuarium |
frequency | frekuensi |
equator | ekuator |
q (Arab) menjadi k
qalbu | kalbu |
haqiqah | hakikah |
haqq | hak |
rh menjadi r
rhapsody | rapsodi |
rhombus | rombus |
rhythm | ritme |
rhetoric | retorika |
s (Arab) menjadi s
salj | salju |
asiri | asiri |
hadis | hadis |
s (Arab) menjadi s
subh | subuh |
musibah | musibah |
khusus | khusus |
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium | skandium |
scotopia | skotopia |
scutella | skutela |
sclerosis | sklerosis |
scriptie | skripsi |
sc di muka e, i, dan y menjadi s
scenography | senografi |
scintillation | sintilasi |
scyphistoma | sifistoma |
sch di muka vokal menjadi sk
schema | skema |
schizophrenia | skizofrenia |
scholasticism | skolastisisme |
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio | rasio |
actie | aksi |
patient | pasien |
t (Arab) menjadi t
ta'ah | taat |
mutlaq | mutlak |
Lut | Lut |
th menjadi t
theocracy | teokrasi |
orthography | ortografi |
thiopental | tiopental |
thrombosis | trombosis |
methode (Belanda) | metode |
u tetap u
unit | unit |
nucleolus | nukleolus |
structure | struktur |
institute | institut |
ua tetap ua
dualisme | dualisme |
aquarium | akuarium |
ue tetap ue
suede | sued |
duet | duet |
ui tetap ui
equinox | ekuinoks |
conduite | konduite |
uo tetap uo
fluorescein | fluoresein |
quorum | kuorum |
quota | kuota |
uu menjadi u
prematuur | prematur |
vacuum | vakum |
v tetap v
vitamin | vitamin |
television | televisi |
cavalry | kavaleri |
w (Arab) tetap w
jadwal | jadwal |
marwa | marwa |
taqwa | takwa |
x pada awal kata tetap x
xanthate | xantat |
xenon | xenon |
xylophone | xilofon |
x pada posisi lain menjadi ks
executive | eksekutif |
taxi | taksi |
exudation | eksudasi |
latex | lateks |
xc di muka e dan i menjadi ks
exception | eksepsi |
excess | ekses |
excision | eksisi |
excitation | eksitasi |
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation | ekskavasi |
excommunication | ekskomunikasi |
excursive | ekskursif |
exclusive | eksklusif |
y tetap y jika lafalnya y
yakitori | yakitori |
yangonin | yangonin |
yen | yen |
yuan | yuan |
y menjadi i jika lafalnya i
yttrium | itrium |
dynamo | dinamo |
propyl | propil |
psychology | psikologi |
z tetap z
zenith | zenit |
zirconium | zirkonium |
zodiac | zodiak |
zygote | zigot |
z (Arab) menjadi z
zalim | zalim |
hafiz | hafiz |
Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
gabbro | gabro |
accu | aki |
effect | efek |
commission | komisi |
ferrum | ferum |
salfeggio | salfegio |
ummat | umat |
tammat | tamat |
Tetapi:
mass | massa |
Catatan:
1. | Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah. |
Misalnya: bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak | |
2. | Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus. |
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at
|
-age menjadi -ase
| |||||||||||
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al
| |||||||||||
-ant menjadi -an
| |||||||||||
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
| |||||||||||
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
| |||||||||||
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
| |||||||||||
-eel (Belanda) menjadi -el
| |||||||||||
-ein tetap -ein
| |||||||||||
-i (Arab) tetap -i
| |||||||||||
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
| |||||||||||
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
| |||||||||||
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is
|
| |||||||||
-ile, -iel menjadi -il
| |||||||||
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
| |||||||||
-ist menjadi -is
| |||||||||
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
| |||||||||
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah
| |||||||||
-logue menjadi -log
| |||||||||
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
| |||||||||
-loog (Belanda) menjadi -log
| |||||||||
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
| |||||||||
-oir(e) menjadi -oar
| |||||||||
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
| |||||||||
-or tetap -or
| |||||||||
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
|
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
|