22koleksi.blogspot.com

Harapan di Gelora Bung Tomo

Hari ini, hari yang kau tunggu
Bertambah satu tahun usiamu Bahagialah kamu
Yang kuberi bukan jam dan cincin
Bukan seikat bunga atau puisi
juga kalung hati



Sabtu malam, 13 Juni 2015. Tiga puluh lima ribu orang di Gelora Bung Tomo, Surabaya, membentuk koor raksasa menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun' kelompok musik rock Jamrud. Sebuah kue tar bergambar logo Persebaya (1927) dibawa oleh beberapa orang Bonek dari sisi timur lapangan menuju panggung utama di depan tribun utama di sisi barat.

Tiga mantan pemain Persebaya (1927) Andik Vermansyah, Mario Karlovic, dan Endra Prasetya berdiri di atas panggung menerima kue tar itu. Lampu stadion temaram, dan dari semua penjuru tribun terlihat kerlap-kerlip lampu ponsel, bagaikan kunang-kunang. Di sisi utara dan timur, ada tiga titik api cerawat yang dinyalakan bersama-sama.

Ini perayaan ulang tahun ke-88 sebuah klub sepak bola berseragam hijau yang didirikan pada 18 Juni 1927. Sebuah klub yang didirikan pada sebuah masa di mana kebebasan masih diperjuangkan dan harapan masih ditatah oleh bangsa ini.

Ini sebuah perayaan ulang tahun biasa. Namun sulit untuk tidak jatuh haru malam itu. Sejumlah status di akun Facebook Bonek, suporter Persebaya, menyatakan tak bisa menahan air mata. Bukan apa-apa. Ini untuk pertama kalinya setelah lebih dari dua tahun Gelora Bung Tomo senyap dari gemuruh puluhan ribu Bonek yang melakukan aksi boikot, karena Persebaya (1927) dibekukan PSSI.

Malam itu, mereka disuguhi pertandingan eksibisi bertitel Battle of Heroes. Tidak disebutkan nama Persebaya (1927) di sana. Hanya Andik and Friends melawan Tim Amigos yang terdiri atas pemain-pemain impor yang berlaga di Liga Indonesia selama ini. Namun semua sudah tahu, bahwa ini pertandingan klub mereka yang tertidur selama ini. Tak aneh jika kemudian kalimat pengait laga ini adalah Our Player, Our Game, Our Pride.

Hanya Andik yang tak bermain di laga itu. Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) melarangnya bermain dengan alasan Indonesia masih terkena sanksi FIFA. Namun, ia tetap hadir dan duduk di bangku cadangan menyaksikan rekan-rekannya bermain.

Hasil akhir mengecewakan. Andik and Friends dihajar 1-6. Namun bagi mayoritas Bonek di stadion malam itu, hasil itu tak penting. Tergelarnya laga itu adalah sebuah kemenangan tersendiri. Tak ada satu pun yang menyangka pertandingan eksibisi ini bisa digelar dengan waktu persiapan yang pendek. "Praktis tak lebih dari 20 hari untuk menyiapkannya," kata Alfaviega Septian Pravangasta, juru bicara panitia pelaksana.

Promosi dan izin aparat keamanan harus diperhitungkan benar. Tak cukup banyak waktu untuk menggandeng media besar, terutama televisi, untuk mempromosikan pertandingan tersebut, terutama karena bertepatan dengan momentum Sea Games. Pertandingan ini juga bertepatan dengan hari pertandingan tim nasional Indonesia yang berhadapan dengan Thailand di semi final sepak bola Sea Games.

Terima kasih kepada Mark Zuckerberg yang telah menemukan Facebook, Jack Dorsey yang menemukan Twitter, maupun Kevin Systrom dan Mike Krieger yang membuka akses Instagram. Promosi besar-besaran dilakukan Bonek, baik di akun komunitas maupun personal. Mereka menekankan pentingnya laga tersebut dan seruan kepada seluruh pendukung Persebaya untuk menyaksikannya.

Media sosial pula yang menjadi sarana Bonek menggalang dana secara mandiri agar bisa menggelar rangkaian peringatan hari jadi Persebaya di Lapangan Karanggayam, Minggu (14/6/2015) dan tasyakuran bernuansa relijius bersama anak yatim piatu sehari menjelang puasa. Penggalangan dana dilakukan melalui penjualan kaos bertema perayaan hari lahir Persebaya. "Sebanyak 1.406 kaos berhasil kami jual," kata Nanang Firdaus, salah satu Bonek. Acara Minggu pagi di Karanggayam dihadiri Bonek tak hanya dari Surabaya, namun juga dari berbagai kota.

Perizinan dari aparat keamanan untuk laga Battle of Heroes berliku. Salah satu sumber Beritajatim.com mengatakan, untuk memastikan agar laga ini bisa digelar, panitia melayangkan permohonan hingga Trunojoyo, Markas Besar Kepolisian RI. Polisi akhirnya memberikan izin, dan memang tak ada alasan prinsip untuk menolak laga ini.

Saya sendiri memandang, keberhasilan Bonek menjaga aksi-aksi unjuk rasa memperjuangkan eksistensi Persebaya untuk tetap damai sejak 2013 ikut memberi sumbangsih. Saya tak bisa membayangkan izin pertandingan bisa keluar, jika aksi-aksi unjuk rasa Bonek selama dua tahun terakhir diwarnai kekerasan. Aksi damai memang kadang membosankan bagi mereka yang tak sabar dan mudah naik darah. Namun waktulah yang pada akhirnya membuktikan: aksi damai adalah investasi jangka panjang dalam sebuah perjuangan.

Battle of Heroes dijawab puluhan ribu orang, dan bukan hanya Bonek. Malam itu saya bertemu dengan suporter Pasoepati Solo, Laskar Sameton Bali, suporter Persibo Bojonegoro, suporter Pasuruan, dan sejumlah suporter dari berbagai kota di Indonesia. Jika pertandingan semalam adalah sebuah referendum atas nama Persebaya, tentu semua orang sudah tahu hasilnya.

Mengesankan, karena saya menemui beragam cerita dari ribuan orang di tribun. Ada heroisme dan persaudaraan dalam kisah Rendra Kurniawan, seorang Bonek difabel berkursi roda. Ia mendapat bantuan dari orang-orang di sekitarnya, agar bisa sampai di tribun atas. Sebenarnya ada jalur khusus difabel di Gelora Bung Tomo. Namun ternyata semua jalur masuk itu terkunci. Maka ia pun harus masuk masuk melalui jalur biasa yang berundak.

Salah satu panitia menawarkan kepada Rendra untuk menyaksikan dari tepi lapangan, sehingga tak perlu naik ke tribun penonton. "Namun Mas Rendra menolak, karena ingin bergabung bersama teman-teman di tribun," kata Inanta Indra Pradana, salah satu Bonek.

Ada romansa pada Ervan dan Nissa di tribun utara. Mereka hendak menikah dan menunjukkan plakat karton bertuliskan: 'Waktu muda gak pernah pacaran di stadion. Kasihan.'

Ada kisah kerinduan terhadap kampung halaman pada diri Joshua Suherman. Artis asli Surabaya ini pada malam itu tak hanya didaulat menjadi pembawa acara, namun juga dirijen alias capo di tribun utara. Di antara nyala dan kepulan asap cerawat, dengan bertelanjang dada ia memimpin Bonek menyanyikan Persebaya Anthem.

Semangat kami tak pernah padam.
Suara kami pun takkan pernah hilang.
yakinilah bahwa kau takkan sendirian.
Di sini kami selalu mendukungmu


"Ini luar biasa. Atmosfir yang tak pernah saya duga bisa saya dapat sebelumnya. Saya dapat kehormatan di tribun utara. Ini salah satu malam terbaik yang pernah saya alami," kata Joshua.

Sebelum turun dari tempat khusus dirijen, Joshua menyempatkan diri berpidato mengucapkan terima kasih kepada Bonek. "Saya berterima kasih untuk perjuangan mereka selama ini," katanya.

Sekali lagi lagu Jamrud kembali diperdengarkan para penonton tribun utara. Sebuah lagu, sebuah pesan, sebuah harapan.

Semoga Tuhan melindungi kamu
serta tercapai semua angan dan cita-citamu
Mudah-mudahan diberi umur panjang
Sehat selama-lamanya.


Selamat ulang tahun Persebaya.

22koleksi.blogspot.com

About 22koleksi.blogspot.com -

22koleksi ini dibuat untuk menampung semua koleksi-koleksi artikel yang pernah admin baca, mulai dari tentang Teknologi, Kesehatan, Religi(Agama), Olahraga, atau pun berita berita yang sedang rame rame nya diberitakan.

Subscribe to this Blog via Email :
Comments
0 Comments